Jumat, 26 November 2010

My Apologize For Dear Mam

Aku sering bilang bahwa Ibu kostku adalah Ibu kost terbaik di dunia.

Ibuk tidak pernah mencampuri urusan kami.
Tidak pernah mengajarkan cara menjaga kost.
Tidak pernah meminta uang kost kecuali dalam keadaan terdesak. Bahkan pernah suatu kali ia ingin mengembalikan uang kost karena tahu aku sedang tidak ada uang.

Ibuk selalu ingin membuat anak kostnya nyaman. Siapapun yang ingin pindah pasti selalu ditanggapi "Asalkan kamu nyaman aja". Padahal banyak pemilik kost yang misuh-misuh kalau ada anak kostnya yang akan pindah.

Setiap kami terlibat dalam pembicaraan bersamanya, pasti dia sering memberikan nasehat seputar kuliah kami. Sebagai ibu dari anak-anak yang sedang menuntut ilmu (dua anaknya kuliah dan satu sekolah), dia sangat paham bagaimana perjuangan menuntut ilmu. Apalagi di negeri orang.

Ibuk kostku, yang dia minta dari kami hanya kepercayaan.

Tapi beberapa waktu lalu sepertinya kepercayaannya telah kami khianati.

Ibuk kehilangan adik yang dicintainya, tepat di hari raya Idul Adha yang lalu. Kesedihan yang mendalam dirasakannya karena saudaranya meninggal tanpa pertanda apapun.

Kami seharusnya datang ke rumahnya, menyampaikan rasa berduka cita. Tapi tidak kami lakukan. Seharusnya kami pergi yasinan malam itu, tapi entah karena hal apa kami tidak jadi pergi. Aku pribadi merasa bersalah. Sangat.

Tapi bukan hal itu satu-satunya yang membuatku merasa tidak enak dengan ibuk. Beberapa hari lalu temanku ulang tahun, dan kami memutuskan untuk merayakannya di kost kami. Aku sendiri tidak tahu prosedur "mengerjai" kali ini karena aku menghadiri gathering ECC. Yah, awalnya semuanya berjalan lancar, hingga sampai pada titik dimana semuanya tidak bisa dikendalikan. Kami berlarian, berteriak, tertawa keras. Seakan-akan kami melupakan Ibuk.

Yah, dia memang tidak menegur kami waktu itu. Aku tahu Ibuk tidak akan melakukannya. Tapi hal itu pasti sangat menyakitkan baginya. Jika aku menjadi dia, mungkin aku sudah keluar rumah dan mencerca orang-orang yang membuat keributan disaat aku bersedih. Mungkin aku akan meneriaki mereka, menangis, atau apa saja hal yang bisa membuatku lega. Tapi Ibuk tidak seperti itu, hal itu mustahil terjadi.

Ibuk, maafkan kami.

Maaf karena kami telah kelewat batas.

Maaf karena kami tidak memahami situasi dan kondisi.

Maaf karena kami telah mengkhianati kepercayaanmu yang begitu besar.