Senin, 03 September 2012

Someone From The Past (Part 2)

Aku mengingatmu.

Ya, itu kamu. Tak mungkin aku lupa tanda di pipimu itu. Dan caramu berjalan. Teman sebangku kala sekolah dasar.

Aku ingat namamu. Dulu aku memanggilmu Ayu.

Dulu kita cukup dekat. Kau sering bercerita tentang keluargamu. Bahkan aku ingat sayur kesukaanmu.

Aku juga ingat Ibumu.

Sayangnya, aku tidak punya kenangan yang menyenangkan tentang itu. Mengingat saat terakhir kau dan Ibumu datang ke sekolah, perasaanku selalu berubah sendu.


----------

Setelah makan, kami bertiga berpisah dengan Pipit dkk. Tepat setelah mereka membalikkan badan dan berjalan, aku bertanya pada Aulia "Itu Ayu kan?"

Ya, Aulia membenarkan bahwa orang itu Ayu. Temanku saat SD. Hanya sampai kelas 4. Karena Ayu memutuskan untuk pindah. Ia pindah tanpa memberitahuku atau teman-teman lainnya. Tidak ada kata-kata perpisahan, ia pergi begitu saja. Tanpa ada kabar berita di kemudian hari.

 Aku sangat tahu alasan Ayu pindah saat itu.

Bullying.

Kekerasan yang ia terima dari salah seorang guru kami saat duduk di kelas 4 SD. Jika kuingat-ingat, banyak sekali perilaku buruk yang dilakukan guru itu pada Ayu. Namun aku tidak bisa mengingatnya dengan jelas. Karena akupun korban. Aku juga mengalami hal yang serupa.

Namun, aku masih mengingat hari itu. Saat seorang Ibu menangis di depan kelas, karena anaknya dipermalukan oleh guru itu. Di depan kami semua.

Aku benci hari itu. Sampai saat inipun perasaanku selalu bergejolak jika mengingatnya. Tentang guru itu, aku masih menyimpan amarah yang amat mendalam. Tentang Ayu, sampai saat ini aku masih bersedih jika mengingatnya.

Ayu mungkin lupa padaku. Yah, dulu aku belum mengenakan jilbab seperti sekarang. Dan perubahan selama lebih kurang 14 tahun...siapa yang akan mengenalinya.

Tetapi...tidak apa jika Ayu tidak mengingatku lagi. Aku adalah bagian dari mimpi buruknya kala itu.

Namun Ayu yang sekarang, sangat tenang. Berbicara pelan dan terlihat feminin.

Semoga tidak ada lagi luka-luka masa lalu yang tertinggal. Tidak hanya untuk Ayu, tapi juga untukku, untuk teman-temanku, korban bullying.

Somenone From The Past (Part 1)

Dua hari lalu aku menghadiri wisuda empat orang teman sebaya di UNAND, Firman (Pman),Radian, Yonanda dan Andari. Keempatnya kukenal dari komunitas Jepang, Akamaru J-Community. Awalnya kupikir tidak akan bisa bertemu mereka semua karena berlainan fakultas. Tapi akhirnya bisa bertemu dan memberi selamat bahkan sempat berfoto bersama. Menyenangkan rasanya melihat teman-teman ini lulus dan memakai toga. Walau bagaimanapun, aku dan mereka sama-sama berjuang dari SMA, ujian masuk Universitas, dan akhirnya kuliah.

Kesempatan kali ini, aku pergi bersama Aulia a.k.a Ryuu dan Mbak Hazrina. Yah, akhir-akhir ini kita memang sering jalan bersama. Apalagi semenjak ditinggal Aulia Amalina alias Mochi alias Riida-nya Akafume yang mencari peruntungan di Ibukota. Maka tinggallah kita bertiga, Gank Ikan/Sakana Tachi.

Sembari menunggu Pman dan Radian selesai mengikuti acara fakultas, kita bertiga duduk-duduk di gazebo Fakultas Sastra. Bercerita, bercanda, bertukar pikiran seperti biasa. Lalu saat Pman dan Radian keluar, kita memberikan selamat dan berfoto bersama. Sehabis itu, kita menuju gedung PKM UNAND untuk bertemu Yonanda dan Andari. Cukup heboh saat bertemu Yonanda, ia menyambut kita sambil lari-lari dan memeluk Aulia (?). Hahaha, tentu saja tidak. Walaupun Yonanda itu super ecchi tapi dia tidak seberani itu. Cukup lama kami menunggu giliran berfoto bersama dengan orang ini, karena sepertinya dia ada semacam acara perpisahan dengan teman-teman Neo-Telemetri (semacam unit kegiatan mahasiswa).

Beberapa saat sebelum Yonanda kembali bergabung bersama kami, tiga orang teman-teman Aulia datang. Mereka adalah Pipit, Putri, dan seseorang yang dipanggil Nenek. Beberapa saat aku merasa wajah ketiga orang ini sangat familiar, terutama si “Nenek”. Aku mencoba untuk mengingat-ingat. Apakah teman SMP?Atau teman SMA?Mungkinkah seseorang yang kukenal dari teman lainnya. Sulit sekali aku mengenali orang ini. Namun begitu, aku tetap menerka-nerka.

Setelah berbincang-bincang dan berfoto bersama Yonanda, kami memutuskan untuk makan. Dengan menumpangi mobil Pipit, kami menuju Siska Pastry. Di mobil, aku masih bertanya-tanya di dalam hati siapakah gerangan wanita yang duduk di sebelah Mbak Rin ini. Hingga rasanya aku ingin membuka percakapan tentang masa-masa SMP atau SMA. Rasanya akupun ingin bertanya langsung kepadanya. Tetapi tidak satupun yang kulakukan. Aku tetap menerka-nerka di dalam hati.

Akhirnya kami makan bersama di Siska Pastry. Saat itu, aku mencuri-curi pandang di beberapa kesempatan. Kutatap lekat-lekat wajahnya. Yah, hingga akhirnya aku tersadar. Tepat saat itu juga perasaanku berubah sendu.